Ocha WeBlog

Proud to be Moslemah Doctor- FK UIN Syarif Hidayatullah

Pendekatan Klinis Demam


Menurut kamus saku kedokteran Dorland edisi 25, demam atau pireksia; peningkatan temperatur tubuh di atas normal (98,60 F atau 370 C); setiap penyakit yang ditandai oleh peningkatan suhu tubuh. Suhu tubuh normal berkisar antara 36,50 – 37,20 C. Suhu subnormal dibawah 360 C. Dengan demam pada umumnya diartikan suhu tubuh diatas 37,20 C. hiperpireksia adalah suatu keadaann kenaikan suhu tubuh setinggi 41,20 C atau lebih, sedangkan hipotermia adalah keadaan suhu tubuh dibawah 350 C. Suhu pasien biasanya diukur dengan thermometer air raksa. Tempat pengambilan suhu dapat di aksila, oral atau rektum. Biasanya terdapat perbedaan antara pengukuran suhu di aksila, oral maupun rectal. Dalam keadaan biasa perbedaan ini berkisar 0,50 C; suhu rektal lebih tinggi daripada suhu oral.

Dalam beberapa keadaan diperlukan pengukuran suhu yang lebih akurat seperti pada pasien yang banyak berkeringat atau dengan frekuensi pernapasan yang tinggi. Pada keadaan tersebut, lebih baik diukur suhu rektal karena perbedaan yang mungkin didapatkan pada pengukuran suhu di berbagai tempat dapat mencapai 2-30 C. Demam pada mamalia dapat member petunjuk bahwa pada temperature 390 C, produksi antibody dan proliferasi sel limfosit-T meningkat menjadi 20 kali dibanding dengan keadaan pada temperatur normal (370 C). Dalam evolusi kehidupan, tubuh telah mengembangkan suatu system pertahanan yang cukup ampuh terhadap infeksi dan peninggian suhu badan memberikan suatu peluang kerja yang optimal untuk system pertahanan tubuh. Demam terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi. Dewasa ini diduga bahwa pirogen adalah protein yang identik dengan interleukin-1 (IL-1). Didalam hipotalamus, zat ini merangsang pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan sintesis prostaglandin E2 yang berlangsung dapat menyebabkan suatu pireksia.

Pengaruh pengaturan otonom akan mengakibatkan terjadinya vasokonstriksi perifer sehingga pengeluaran (dissipation) panas menurun dan pasien merasa demam. Suhu badan dapat bertambah tinggi lagi karena meningkatnya aktivitas metabolisme yang juga mengakibatkan penambahan produksi panas dan karena kurang adekuat penyalurannya ke permukaan maka rasa demam bertambah pada seorang pasien.

Beberapa  tipe demam;

Demam Septik

Pada tipe demam septik, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yan tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.

Demam Remiten

pada demam remiten, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada demam septic.

Demam Intermiten

Pada tipe demam intemiten, suhu badan turun ke tingkat yang normal selama beberapa jam dalam 1 hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua hari sekali disebut tersiana dan apabila terjadi dua hari bebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.

Demam Kontinyu

Pada tipe demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak berada lebih dari sati derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.

Demam Siklik

Pada demam tipe siklik terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.

Suatu tipe demam kadang-kadang dapat dihubungkan dengan suatu penyakit tertentu, misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat duhubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Seperti misalnya : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing atau malaria; tetapi kadang- kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan dengan suatu sebab yang jelas. Bila demam disertai keadaan seperti sakit otot, rasa lemas, tidak nafsu makan, dan mungkin ada pilek, batuk dan tenggorok sakit, biasanya digolongkan sebagai influenza atau common cold. Dalam praktek, 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influenza atau penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti bahwa kita tidak harus waspada terhadap suatu infeksi bakterial.

Kausa demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, karena keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat. Adanya gangguan pada pusat regulasi suhu sentral dapat menyebabkan peninggian temperature seperti pada heat stroke, perdarahan otak, koma atau gangguan sentral lainnya. Pada perdarahan internal pada saat terjadinya reabsorpsi darah dapat pula menyebabkan peningkatan temperature. Dalam praktek perlu diketahui penyakit- penyakit infeksi yang endemic di lingkungan tempat tinggal pasien, dan mengenai kemungkinan infeksi import dapat dinetralisasi dengan pertanyaan apakah pasien baru pulang dari suatu perjalanan dari daerah mana dan tempat apa saja yang pernah dikunjunginya. Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam perlu dilakukan antara lain, ketelitian pengambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisis yang seteliti mungkin, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium serta penunjang lainnya secara tepat dan holistik.

DEMAM BELUM TERDIAGNOSIS

Demam belum terdiagnosis diartikan sebagai suatu keadaan dimana seorang pasien mengalami demam terus menerus selama 3 minggu dengan suhu badan diatas 38,30 C dan tetap belum ditemukan penyebabnya walaupun telah diteliti selama satu minggu secara intensif dengan menggunakan sarana laboratorium dan penunjang lainnya.

Keadaan yang digunakan untuk ini antara lain: febris et causa ignota, fever of abscure origin, fever of undetermined origin dan fever of undiagnosed origin (FUO). Penyebab FUO sesuai golongan penyakitnya antara lain; infeksi (40%), neoplasma (20%), penyakit kolagen (20%), penyakit lain (10%), dan yang tidak diketahui sebabnya (10%). Fever of unknown origin (FUO) dapat dibagi dalam 4 kelompok:

FUO Klasik

Penderita telah diperiksa di rumah sakit atau klinik selama 3 hari berturut-turut tanpa dapat ditetapkan penyebab demam. Definisi lain yang juga digunakan adalah demam untuk lebih dari 3 minggu dimana telah diusahakan diagnostik non invasive maupun invasif selama satu minggu tanpa hasil yang dapat menetapkan penyebab demam.

FUO Nosokomial

Penderita yang pada permulaan dirawat tanpa infeksi di rumah sakit dan kemudian menderita demam >38,30 C dan sudah diperiksa secara intensif untuk menentukan penyebab demam tanpa hasil yang jelas.

FUO Neutropenik

Penderita yang memiliki hitung jenis neutrofil <500 μL dengan demam >38,30 C dan sudah diusahakan pemeriksaan intensif selama 3 hari tanpa hasil yang jelas.

FUO HIV

Penderita HIV yang menderita demam >38,30 C selama 4 minggu pada rawat jalan tanpa dapat menentukan penyebabnya atau pada penderita yang dirawat di RS yang mengalami demam selama lebih dari 3 hari dan telah dilakukan pemeriksaan tanpa hasil yang jelas.

Sebelum meningkat ke pemeriksaan-pemeriksaan yang mutakhir, yang siap tersedia untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi, atau scaning, masih dapat diperiksa beberapa uji coba darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/ lesi permukaan sinar tembus rutin.

Dalam tahap berikutnya dapat dipikirkan untuk membuat diagnosis dengan lebih pasti melalui biopsi pada tepat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan seperti angiografi, aortografi, atau limfangiografi.

DAFTAR PUSTAKA

  • Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid III. Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006
  • Dambro MR. Griffith’s 5-minute clinical consult. philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2006
  • Kasper DL,ed.et al. Horrison’s principles of internal medicine. 16th ed. New York: McGraw-Hill. 2005
  • Alan R. Gina M. Approach to the Adult Patient with Fever of Unknown Origin. http://www.aafp.org/afp/2003/1201/p2223.html

 

Leave a comment »

AKU ingin Menjadi DOKTER


Menjadi dokter sering kali disebutkan sebagai cita-cita kita saat masih kecil, termasuk diriku. Yaa..sejak kecil aku ingin menjadi dokter, meski biaya masuk kedokteran termasuk mahal ditambah dengan keluarga tidak ada yang dokter sehingga harus lebih banyak mencari-cari informasi sendiri..tapi biarlah..tak penting bagiku saat itu..yang penting aku punya cita-cita kalau sudah besar nanti mau menjadi dokter.

Seiring berjalannya waktu, cita-cita menjadi dokter masih melekat di benakku. Yang ku tahu saat itu kalau mau masuk kedokteran harus bagus nilai IPA-nya, terlebih nilai biologinya. Awal masuk MTs (setingkat SMP) aku masih sulit memahami pelajaran biologi, pernah suatu ketika aku mendapatkan nilai ujian biologi dibawah 6..kacaaau..

Beberapa lama kemudian aku mulai mempelajari kembali pelajaran biologi,,Alhamdulillah sudah lebih baik..hee..

Suatu ketika Salah satu guru biologi yang mengajariku pernah menyuruh murid2nya untuk menuliskan cita-citanya di papan tulis. Satu demi satu murid maju ke depan untuk menuliskan cita-citanya hingga tiba giliranku. Saat itu sebenarnya aku mulai agak bingung, mengingat cita-cita waktu kecil memang ingin jadi dokter..sekarang..dengan banyak hal yang aku ketahui dan pahami sebenarnya mulai menggoyahkan cita-cita tersebut. Tapi..akhirnya tetap ku tulis juga di papan tulis..’AKU MAU JADI DOKTER’..

Setelah semua murid menuliskan cita-citanya,,guruku mulai memberi motivasi kepada kami,,bahwa masing-masing dari kami memiliki cita-cita yang mulia..ada yang ingin jadi dokter, arsitek,,dll,,dll..dan untuk mencapai itu semua butuh perjuangan, butuh pengorbanan..butuh belajar lebih giat lagi..mski waktu itu baru kelas 3 MTs *aku masih ingat sekali peristiwa itu,,karena suatu hari nanti, aku akan membuktikannya..

Setelah lulus MTs, aku memilih untuk melanjutkan Madrasah Aliyah di lembaga pendidikan yang sama. Meski banyak orang yang mengatakan, kalau masuk Aliyah lebih susah ambil fakultas umum untuk kuliah termasuk kedokteran,,biar saja, aku ingin masuk aliyah ko..justru ini menjadi tantangan untukku..anak Aliyah juga bisa masuk di kedokteran..

Hari demi hari kulalui di madrasah aliyah, Alhamdulillah tidak ada masalah dengan pelajaran yang ada. Kelas 2 aliyah mulai ada penjurusan, selain dari keinginanku sendiri orang tuaku juga sangat mendukung aku untuk mengambil jurusan IPA.

Hingga Sampailah aku pada kelas 3 Aliyah, berbekal dari pengalaman kakak kelas serta informasi dari petugas di Tata Usaha, Saat itu aku semakin banyak informasi masuk kuliah termasuk kuliah di Fakultas Kedokteran (FK). Jalur masuk yang ada hingga biaya kuliahnya.

Ehm..mulailah aku berpikir ulang untuk masuk kedokteran, sanggupkah aku masuk kedokteran?? Dengan mata kuliah yang banyak, biaya yang mahal, pergaulan dengan teman2 yang ‘tajir’..

Semua itu mulai membuat aku bimbang, ku sampaikan kepada orang tua tentang maksudku untuk masuk kedokteran..

Entah apa yang mereka rasakan saat itu, tapi pastinya mereka ingin yang terbaik untuk anaknya,, orangtuaku pun mengijinkan meski nantinya biaya di fakultas kedokteran akan memberatkannya..tapi namanya orang tua pastinya akan selalu berusaha untuk memenuhinya..

“jika memang mau masuk kedokteran, tidak apa-apa, bapak-ibu masih ada simpanan ko,,ndak usah khawatir buat biayanya,,biar bapak-ibu yang mikirin” kata ibuku

Sedikit lega  rasanya..masih ada kesempatan buatku untuk masuk kedokteran..*tapi aku baru mengatahui ternyata simpanan tersebut adalah biaya untuk naik haji..ya Allah..

“ndak papa ko,,i.Allah bisa nabung lagi buat naik hajinya” sahut ibuku  menghibur

Sempat terbesit dalam benakku, jika memang ndak bisa masuk kedokteran mungkin akan mengambil FKIP, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan..yaa,,klo gak bisa jadi dokter, aku mau jadi guru seperti orangtuaku..sama-sama mulia bukan menjadi pahlawan tanpa tanda jasa.

Karena orang tuaku mengijinkan, aku semakin banyak mencari informasi fakultas2 kedokteran. Saat itu aku ingin masuk FK Undip Semarang dan FK UNS solo, mulai aku cari tahu pendaftarannya, jalur masuknya, dan biaya.

Hingga suatu ketika aku mendapatkan informasi bahwa ada kakak kelasku yang mendapatkan beasiswa penuh selama belajar di kedokteran. Aku pun mulai mencari tahu informasi seputar beasiswa tersebut. Ternyata adalah beasiswa dari departemen agama untuk anak-anak lulusan pesantren.

Dari beberapa universitas yang memberikan beasiswa, hanya ada 3 universitas yang ada fakultas kedokterannya. Akhirnya pilihanku jatuh pada UIN Syarif hidayatullah Jakarta, Setelah melalui seleksi administrasi dan ujian tulis, Alhamdulillah ternyata aku lolos seleksi. Yaa..aku diterima di fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan jurusan pendidikan dokter UIN syarif hidayatullah Jakarta.

Entah mengapa setelah aku mendapatkan informasi tersebut, ada perasaan gundah yang menyelimuti hati ini. Mungkin karena faktor tempat kuliah yang jauh, yang pastinya juga akan sulit pulang serta dengan biaya hidup mahal ditambah lagi dengan banyaknya perggaulan bebas yang ada di kota metropolitan; Jakarta.

Mulailah ku tenangkan hati ini, untuk mengikhlaskannya. Semoga diberi kelancaran dan kemudahan selama Pendidikan tersebut dan mendapatkan ilmu yang bermanfaat..Amiin..to be continue.. 🙂

71 Comments »